sanghyang manikmaya

sanghyang manikmaya

Kamis, 28 Januari 2010

cerita wayang

Sanghyang Manikmaya


Kahyangan Jonggring Saloka kelihatan  suram. Para Dewa dan Dewi hatinya miris.melihat perkelahian dua orang putra Sanghyang Tunggal  di  perbu kitan. Siapakah mereka sebenarnya. 




Mereka adalah putra putra Sanghyang Tunggal. Dari Dewi Rekatawati, Sanghyang Tunggal memperoleh  tiga orang anak kembar yang berasal dari sebuah telur. Mereka adalah Sanghyang Antaga berasal dari kulit telur, Sanghyang Ismaya berasal dari putih telur dan Sanghyang Manikmaya berasal dari kuning telur. Disuatu hari Sanghyang Tunggal memanggil ketiga anaknya unuk menentukan siapa satu diantara mereka  yang paling  pantas menggantikan kedudukan Sanghyang Tunggal sebagai Raja Dewa. Sanghyang Antaga dan Sanghyang Ismaya, merasa paling tua dan merasa paling pantas menggantikan kedudukan ayahanda Sanghyang Tunggal sebagai Raja Dewa.




Maka terjadilah perselisihan antara keduanya. Sanghyang Tunggal memerintahkan keduanya yang sedang berselisih untuk  keluar dari istana.  Mereka  masih berkelahi dengan hebatnya. Keduanya mengeluarkan segala ajian dan benda pusaka yang dimilikinya. Keduanya sama-sama sakti. Akhirnya Sanghyang Ismaya menantang Sanghyang Antaga untuk menelan sebuah bukit. 




Tantangan Sanghyang Ismaya dilayaninya, Sanghyang Antaga mencoba menelan bukit itu. Melihat Antaga berusaha menelan bukit, Sanghyang Ismaya menjadi cemas. Ia segera merebut bukit yang hampir masuk keperut Sanghyang Antaga, dan ditelannya bukit itu bulat-bulat. 




Apa yang terjadi pada mereka. Ketampanan Sanghyang Antaga dan Sanghyang Ismaya berubah menjadi menjadi buruk rupa, seorang yang mulutnya lebar,perutnya agak buncit, sedangkan yang lain mulutnya menjadi lebar dan perutnya buncit besar sekali. 




Mereka itulah Sanghyang Antaga dan Sanghyang Ismaya yang sekarang. Keduanya menghadap ayahandanya dan mohon ampun atas kekhilafannya. Sanghyang Tunggal tak bias berbuat apa-apa, karena semuanya sudah kehendak dewa. Sanghyang Tunggal akhirnya memberi nama baru. Sanghyang Antaga menjadi Togog sadangkan Sanghyang Ismaya, menjadi Semar. 




Sanghyang Tunggal akhirnya menentukan Sanghyang Manikmaya menjadi Raja Dewa. Karena Sanghyang Manikmaya bertempat tinggal di Tengguru, maka Sanghyang Manikmaya disebut juga Sanghyang Guru atau Bathara Guru. Juga ada sebutan lain, Sanghyang Permesti Guru, Sanghyang Otipati.  Antaga dan Semar mendapat tugas untuk  menjadi pendamping Sanghyang Manikmaya. Belum berapa lama Sanghyang Manikmaya memerintah Tribawana, 




Sanghyang Manikmaya sombong,congkak dan angkuh. Kedua saudaranya Togog dan Semarpun telah menasehati, tetapi sikap Sanghyang Manikmaya tetap tidak berubah. Kesombongan Sang Manikmaya terdengar oleh Sanghyang Tunggal. Sanghyang Tunggal memberikan hukuman, bahwa nanti pada saatnya Sanghyang Manikmaya akan bertangan empat, berkaki kecil, berleher biru dan bergigi taring. Sanghyang Manikmaya terduduk dan bersimpuh dihadapan ayahandanya dan mohon ampun dan bertobat. Sanghyang Tunggal memberikan ampun atas kesalahan anaknya, 




Sanghyang Manikmaya, namun tidak bias merubah hukuman, karena semuanya sudah kekendak dewa. Untuk Antaga dan Semar ,Sanghyang Tunggal berpesan agar nanti pada saatnya  Semar dan Togog  turun ke Arcapada, Semar mendapat tugas  menjadi pamong para kesatria berbudi luhur sedangkan Togog mendapat tugas menjadi pamong para Raja Raksasa yang berkelakuan jahat.Beberapa hari kemudian Suralaya mulai mendapat gangguan, terutama para jin mencoba untuk menjatuhkan Sanghyang Manikmaya dari singgasananya. Raja Jin Prabu Kala Mercu menyerang Kahyangan, Semar dan  Togog tidak mampu mengalahkan Prabu Kala Mercu. Beberapa bangunan Kahyangan mengalami kerusakan. Sanghyang Manikmaya mencoba menghentikan serangannya. Namun Prabu Kala Mercu terus mendesak mundur Sanghyang Manikmaya  sampai ke daerah bebatuan.Lawan Sanghyang Manikmaya memang  lebih kuat. 




Akhirnya Sanghyang Manikmaya terperosok dalam tumpukan batu cadas.Sanghyang Manikmaya merasa kesakitan. Sanghyang Manikmaya mengeluarkan aji kemayan, sehingga lawannya dapat dilumpuhkan. Sanghyang Manikmaya  keluar dari tumpukan batu cadas. Sayang kedua kaki Sanghyang Manikmaya menjadi kecil. Karena kakinya kecil, maka Sanghyang Manikmaya disebut pula Sanghyang Lengin. 




Prabu Kala Mercu minta ampun dan bertobat. Sebagai tanda telah bertobat, maka Prabu Kala Mercu berjanji akan memberikan kursi singgasana dampar kencana  miliknya kepada Sanghyang Manikmaya. Sebuah singgasana yang teramat indah. Prabu Kala Mercu kembali ke negerinya, kembali kenegerinya, dan kembali ke Kahyangan Jonggringsalaka, dengan membawa dampar singgasana yang teramat indah, yang bernama Mercukunda, yang menjadi kesayangan Prabu Kala Mercu.Setelah menyerahkan dampar singgasana itu, Prabu Kala Mercu berpamitan kepada Sanghyang Manikmaya, dan kembali ke negerinya.




Kahyangan Jonggring Saloka mengalami ketenangan kembali,Namun ternyata masih ada yang mengusiknya. Putra-putra Raja Jin Pattani dari Negeri Dahulagiri, Cingkarabala, Balaupata  dan adiknya yang berujud lembu,Lembu Andana meyerang Kahyangan. Serangan ini langsung disambut oleh Sanghyang Manikmaya. 




Sanghyang Manikmaya langsung mengeluarkan aji Kemayannya sehingga ketiga anak Raja Pattani itu pun lemas tidak berdaya. Mereka minta ampun pada Sanghyang Manikmaya. Sanghyang Manikmaya pun memberikan ampun. Tetapi meminta kepada  Cingkarabala dan Balaupata serta Lembu Andana tetap tinggal di Kahyangan Jonggring Saloka.




Mereka mendapat tugas dari Sanghyang Manikmaya. Cingkarabala dan Balaupata ditugaskan menjaga pintu Kahyangan Gerbang Selamatangkep. Gerbang Selamatangkep akan membuka  sendiri, apabila ada orang yang mau masuk dengan niat baik dan Gerbang Selamatangkep tidak akan membuka apabila orang yang mau masuk berniat tidak baik.Sedangkan Lembu Andana diganti nama menjadi Lembu Andini, menjadi tunggangan Sanghyang Manikmaya dan selalu siap sewaktu-waktu dibutuhkan. 




Ketiga putra Raja Jin Pattani merasa senang dengan perintah Sanghyang Manikmaya. Dua anak Raja Gandarwa datang mencari keberuntungan pula. Mereka mencoba menjatuhkan Sanghyang Manikmaya dari singgasana Raja Dewa. Mereka berhasil menjebol Pintu Selamatangkep. Keduanya disambut oleh Semar. Dengan kentut sakti nya  Sanghyang Munget, demikian nama lain sebutan Sanghyang Ismaya, kedua anak jin Gandarwa itu bias dilumpuhkan. Kedua jin gandarwa minta ampun dan bertobat pada Semar. 


Mereka berdua ingin mengabdi pada Semar. Semar merasa senang, mereka bisa menemaninya apabila kelak ia harus tutun ke Arcapada.  Kedua jin gandarwa itu diangkat menjadi anaknya.Mereka diberi nama Gareng dan Petruk.Dalam sunggingan wayang kulitnya, Gareng digambarkan seorang manusia yang bertubuh pendek, tangan kiri cekot dan kaki kanan nya gejig dan mata juling., Maksudnya, tangan cekot menggambarkan kalau Gareng orang yang jujur tidak mau mengambil yang bukan haknya. Kaki gejig menggambarkan Gareng tidak pernah pergi ketempat-tempat maksiat.sedangkan mata juling, Gareng tidak ingin melihat kemaksiatan.                                                                                   


Sanghyang Manikmaya hatinya gundah. Ia telah menerima hukuman dari Sanghyang Tunggal hingga kakinya menjadi kecil. Ia harus menunggu tiga hukuman lagi yang belum diberikan. Ia sangat takut. Untuk menghilangkan rasa cemas yang berkelebihan, ia harus bisa melupakannya.

Sanghyang Manikmaya pergi menghibur diri diluar Kahyangan. Dengan mengendarai Lembu Andini Sanghyang Manikmaya menuju Marcapada. Ditengah perjalanan Sanghyang Manikmaya merasakan dahaga. Sampailah Sanghyang Manikmaya di sebuah sendang, yang airnya sejuk. Sanghyang Manikmaya menangkupkan kedua tangannya, mengambil air dan meminumnya. Sanghyang Manikmaya terkejut ketika air yang  diminumnya dirasakan beracun. Untung saja dengan kesaktian Sanghyang Manikmaya, air beracun itu dapat di muntahkan, Tetapi lehernya menjadi biru. Karena lehernya biru Sanghyang Manikmaya pun dikenal dengan sebutan  Sanghyang Nilakanta.Sanghyang 
Manikmaya kembali ke kahyangan.                                                                           



Sementara itu, Kahyangan Jonggring Saloka bagai diguncang gempa. Gunung Candradimuka menge luarkan hawa panas. Sanghyang Manikmaya dengan mengendarai Lembu Andini memeriksa keadaan Kahyangan dan sekitarnya. Di tengah samodra, terlihat seorang pemuda yang sedang bertapa diatas air laut yang menggelora. Ia bernama Kanekaputra, putera  Sanghyang Caturkaneka, cucu Sanghyang Darmajaka. Ia bermaksud mohon kemurahan dewa utnuk mengangkat dirinya sebagai punggawa 
dewa. Ia ingin menjadi dewa. 




Sanghyang Manikmaya tertarik dengan keinginan Kanekaputra,namun sebelumnya diberikannya bermacam-macam pertanyaan kepada Kanekaputra. Kanekaputra bisa menjawab semua  pertanyaan yang diberikan Sanghyang Manikmaya  dengan tepat. Akhirnya Sanghyang Manikmaya mengakui kepandaian  Kanekaputra dan diajaknya ke Kahyangan. 




Di Kahyangan ia diangkat menjadi bayan dewa. Dalam melaksanakan tugas Kanekaputra selalu melucu atau melawak, Sehingga Sanghyang Manikmaya lama-lama risih juga. Oleh karena itu Kanekaputra yang tampan itu diubahnya menjadi bertubuh pendek gemuk, berwajah seperti pelawak dan kalau jalan selalu melihat keatas. Ya, karena Kanekaputra diubah menjadi orang yang pendek, sehingga kalau bicara dengan orang lain harus melihat keatas. 




Ya, bayangkan saja ia mungkin sebesar tempayan. Sanghyang Manikmaya memberikan nama baru bagi Kanekaputra dengan sebutan  Bathara Narada. Namun Sanghyang Manikmaya selalu lupa menyebut Bathara Narada, ia sering menyapanya dengan Resi Kanekaputra
.
Sementara itu di Negeri Merut, tinggalah Saudagar Umaran dan istrinya, Dewi Nurweni. Mereka merasa sangat bahagia karena sebentar lagi akan mendapatkan seorang anak yang sudah lama didambakannya. Dewi Nurweni merasa sudah saatnya melahirkan. 




Tiada beberpa lama  kemudian , lahirlah sang bayi. Namun ajaib,  bayi itu bersinar terang menyilaukan mata. Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni terperanjat. Mereka lebih terperanjat lagi ketika bayinya bisa melayang. Tiba-tiba bayi keluar dari kamar,kemudian keluar dari rumah dan melayang di angkasa raya.Saudagar Umaran dan istrinya Dewi Nurweni segera mengejarnya.Ternyata Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni cukup tinggi ilmunya, merekapun terbang mengejar bayinya ke angkasa.

Bayi itu melayang-layang diangkasa dan  menuju Suralaya tempat para dewa bersemayam. Bayi terus melayang dan mencapai Gerbang Selamatangkep. Cingkarabala dan Balaupata, penjaga Gerbang Selamatangkep.  mencoba menghadang bayi ajaib agar tidak memasuki Suralaya. 




 Namun bayi itu terus melaju masuk ke Suralaya. Sanghyang Manikmaya melihat ada cahaya yang menyilaukan mata, memasuki Suralaya. Sanghyang Manikmaya mencoba menangkap bayi itu, namun selalu lepas. Sanghyang Manikmaya akhirnya  dengan mata batinnya minta pertolongan pada Sanghyang Tunggal, ayahandanya. 




Tiba-tiba saja tangan  Sanghyang Manikmaya bertambah menjadi empat. Karena Sanghyang Manikmaya mempunyai empat  tangan, maka ia disebut juga Sanghyang Caturboja. Dengan kekuatan luar biasa Sanghyang Manikmaya menangkap bayi itu. Bayi itu terlepas dari satu tangan namun dapat ditangkap tangan yang lain,demikian bergantian tangan itu menangkap bayi itu. Sanghyang Manikmaya tidak sabar lagi, ia menggunakan aji kemayannya. 




Sanghyang Manikmaya menjadi terkejut ketika mengetahi bayi yang ditangkapnya telah berubah menjadi seorang wanita yang cantik jelita.Kedua orang tua sang bayi pun mengetahui kejadiannya. Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni pasrah atas kejadian ini pada Sanghyang Manikmaya.Sanghyang Manikmaya melihat gadis dihadapannya merasa jatuh cinta. 




Kepada Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni, anak itu diminta untuk dijadikan istrinya.Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni pun menyetujui permintaan Sanghyang Manikmaya. Gadis itu oleh Saudagar Umaran diberi nama Dewi Uma. Sanghyang Manikmaya merasa bahagia bersanding dengan Dewi Uma yang sangat di cintainya. Dari perkawinannya dengan Dewi Uma. Sanghyang Manikmaya mendapatkan  beberapa anak. anak :

1.  Bathara Sambu,

2.  Bathara Brahma,

3.  Bathara Indra

4.  Bathara Bayu
   
5.  Bathara Wisnu.

6.  Bathara Kala
      
7.  Bathara Dewasrani        

8.  Bathara Gana (Ganesya)

Bathara Gana,  seorang Dewa berkepala gajah. Hal ini terjadi ketika Dewi Uma yng sudah bertukar raga itu sedang hamil, ada  seekor gajah putih mengamuk dikayangan Jonggring Saloka.
Sehingga Dewi Uma merasa ketakutan, Ketika bayinya lahir berujut seorang bayi berkepala gajah.                                 

Sementara itu dari istrinya dewi Senggani,Sanghyang Ismaya  berputra : 

  1.  Bathara Wungkuhan

  2.  Bathara Surya


  3.  Bathara Candra


  4.  Bathara Temburu


  5.  Bathara Siwah


  6.  Bathara Kuwera


  7.  Bathara Yamadipati


  8.  Bathara Kamajaya


  9.  Bathara Wrahaspatii


10.  Bathari Darmanastiti



Dalam versi lain, Sanghyang Ismaya memiliki putera bernama Bathara Mahyanti(Mahayekti) dan Bathara Patuk, namun tidak menambah jumlah putera Sanghyang Ismaya, jadi jumlah putera Sanghyang Ismaya tetap 10, dengan meniadakan dua yang lainnya. Bathara Temburu  dalam melaksanakan tugas selalu bersama dengn Bathara Patuk.Namun ada sebagian pencinta wayang berpendapat, bahwa Bathara Patuk dan Temburu, merupakan nama satu orang, sehingga mereka menyebut mengatakan Bathara Patuk Temburu. Demikian pula Bathara Penyarikan yang mempunyai tugas yang strategis, yaitu mencatat segala kejadian yang akan terjadi pada setiap manusia, baik jodohnya, maupun tanggal kematiannya. Ternyata Bathara Penyarikan  belum ada silsilahnya. Mohon koreksi bila ada yang lebih mengetahui hal ini dan mohon saran serta masukan.


Anak Sanghyang Ismaya yang bernama Bathara Kamajaya atau Bathara Kumajaya bersama dengan Dewi Ratih atau Dewi Kumaratih anak  Sanghyang Soma, sedangkan Sanghyang Soma putera Sanghyang Pancaresi, masih keturunan Sanghyang Wening, adik Sanghyang Wenang. Bathara Kamajaya  menjadi perlambang laki laki yang tampan sedangkan Dewi Kamaratih adalah perlambang seorang wanita yang cantik jelita. Dalam adat Jawa upacara  7 bulan kehamilan, terdapat kelengkapan upacara adat, berupa sebuah kelapa muda (degan) digambari pada dua sisinya, satu sisi digambari wayang Bathara Kamajaya dan di baliknya digambari wayang Dewi Ratih.Tetapi bisa juga digambari dengan wayang yang lain, misalnya Arjuna dan Sumbadra, Rama dan Sinta, dst. Maksudnya merupakan keinginan kedua orang tuanya agar kelak anak yang dilahirkan laki laki akan seperti Bathara Kamajaya, apabila anak lahir perempuan akan cantik seperti  Dewi Ratih.

Kini sudah saatnya Semar dan Togog harus meninggalkan Suralaya. Semar diikuti Gareng dan Petruk turun ke Arcapada untuk mengabdi pada satria yang berbudi luhur.sedangkan Togog mencari majikan raja raksasa yang kejam. Ia ditugaskan Sanghyang Tunggal mengendalikan kekejamannya. Ditengah perjalanan  Semar dan Togog berpisah, mereka mencari jalan masing-masing. Semar, Gareng, dan Pertruk meneruskan perjalannanya, seperti biasanya mereka senang berkelakar, sehingga perjalanan yang amat melelahkan ini tidak begitu terasakan.  Mereka beristirahat dibawah pohon yang rindang. Tiba-tiba Gareng melihat  bayangan hitam,yang semula bayangan Semar, kini bisa berjalan kedepan Semar dan saling berhadapan dengan Semar.Melihat ada bayangan hitam dihadapannya, Semar segera bersemadi, bayangan hitam itu menampakkan dirinya. Ternyata ada orang  gemuk pendek yang matanya lebar, hidungnya pesek, mulutnya pun lebar, lucu ssekali wajahnya. Mereka memberi nama Bagong. Setelah beristirahat cukup lama, mereka meneruskan perjalanannya.Sementara itu Togog telah menemukan pula teman perjalanannya, Sarawita atau Bilung.

Pada suatu hari Dewi Uma mengajak Sanghyang Manikmaya berpesiar ke angkasa. Dan juga turun ke Arcapada, untuk menengok kedua orang tuanya di Merut.Dengan senang hati Sanghyang Manikmaya mau mengantar Istrinya, Mereka terbang bersama Lembu Andini. Sampai diatas langit, mendadak Sanghyang Manikmaya timbul hasrat syahwat birahinya. Sanghyang Manikmaya minta agar dewi Uma melayani kehendaknya dipunggung Lembu Andini. Dewi Uma menolak, permintaan suaminya,karena di perjalanan tabu melakukannya.Tetapi Sanghyang Manikmaya tetap mendesak. Akhirnya Dewi Uma megatakan kalau Sanghyang Manikmaya seorang dewa, tetapi tindakannya seperti  yang bertaring saja. Sanghyang Manikmaya terkejut ketika melihat dirinya bertaring.Setelah bertaring sebesar biji randu, Sanghyang Manikmaya mendapat sebutan baru dengan Sanghyang Randuwana.Sanghyang Manikmaya  tanpa disadarinya  mengatakan istrinya juga seperti Raseksi. Tiba-tiba saja wajah Dewi Uma menjadi Raseksi. Tanpa disadarinya dari tubuh Sanghyang Manikmaya terpancarlah sebuah cahaya dan cahaya itu jatuh kedalam lautan.Cahaya yang  jatuh dalam lautan itulah yang akan menjadi anak Sanghyang Manikmaya berikutnya. Sanghyang Manikmaya tidak mengetahui kejadian itu,  Ia sedang menyesali dirinya, sehingga istrinya menjadi seperti seorang Raseksi.Sanghyang Manikmaya tidak dapat mengubah kewujud aslinya. Merekapun turun ke Arcapada menemui kedua orang tua Dewi Uma. Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni hatinya bagai tersayat, melihat perubahan pada wajah anaknya, Dewi Uma. Karen sudah terlanjur dan sudah kehendak dewa. mereka berdua hanya bisa pasrah. Sanghyang Manikmaya minta Satu  buah ranti dari pohon ranti yang tumbuh dihalaman Istana Merut. Buah ranti ditangan Sanghyang Manikmaya dicipta menjadi seorang gadis jelita, dan diberilah nama Uma Ranti. Mereka bertiga berpamitan dan pulang kembali ke Kahyangan. Dari perkawinan dengan Uma Ranti,Sanghyang Manikmaya mendapatkan anak;


Bathara Cakra, 


Bathara Asmara , 


Bathara Mahadewa 


dan Dewa Kembar Bathara Aswan dan Bathara Aswin.


Menurut versi lain, Bathara Aswan dan Bathara Aswin putera Sanghyang Sumeru.

Setelah beberapa tahun kemudian, mnghadaplah Sanghyang Baruna ke Suralaya, Dewa Laut  melaporkan kepada Sanghyang Manikmaya, bahwa mahluk laut kawulanya, hampir habis dimakan seorang raksasa yang sangat menakutkan.Raksasa itu sekarang sedang memburunya sampai di Kahyangan. Sanghyang Manikmaya menyuruh Sanghyang Baruna menyingkir dahulu, karena ia akan segera menghadangnya. Tak lama kemudian Raksasa itu sudah memasuki Kahyangan Jonggring Salo ka. Sanghyang Manikmaya ngeri juga melihat raksasa itu. Ia tinggi besar gemuk dan wajahnya penuh dengan gigi yang amat tajam.Tanpa menunggu lama Sanghyang Manikmaya mengeluarkan aji kemayan.Raksasa itu terkena aji kemayan, tubuhnya limbung, jatuh dan tergeletak lemas terkulai, dan tak bergerak. Sanghyang Manikmaya segera mmengangkat Tombak Kalaminta untuk mem bunuhnya. Tetapi dari jauh Sanghyang Narada berlarian mencegah Sanghyang Manikmaya agar tidak membunuhnya. Karena raksasa itu masih anak Sanghyang Manikmaya sendiri. Kemudian Batara Narada meriwayatkan asal-usul raksasa itu. Sanghyang Manikmaya menerima apa yang dikatakan Sanghyang Narada. Kemudian Sanghyang Manikmaya mencabut sepasang gigi taring dari raksasa itu. Gigi taring itu berubah menjadi Keris, keris itu diberi nama Kala Nadah dan Keris Kala Dite. Keris Kala Nadah nantinya menjadi  milik Prabu Trembaga  dari Pringgadani. Kemudian jatuh ketangan Prabu Pandu.Dari Prabu Pandu keris Kala Nadah diberikan kepada Arjuna. Pusaka terus turun pada Gatutkaca, dalam lakon Gatutkaca Krama. Sedangkan Pusaka Kala Dite terakhir dipegang oleh Adipati Karna dari Negeri Awangga. Setelah raksasa itu siuman, Sanghyang Manikmaya memberikan nama Bathara Kala Gumarang, atau biasa kita kenal dengan nama Bathara Kala.

Mengingat Bathara Kala suka makan binatang dan orang, maka Sanghyang Manikmaya memberi sebuah gada pemukul.kepada Bathara Kala. Sanghyang Manikmaya tidak suka melihat anaknya,  Bathara Kalau kalau makan seperti binatang buas, ditubruk lalu diterkam, Ia menghendaki agar semua buruannya dipukul dengan gada itu, setelah mati baru dimakan. Bathara Kala akhirnya pergi dengan membawa gada untuk mencari buruannya.

Sepeninggal Bathara Kala, para dewa menjadi gelisah. Mereka takut manusia akan musnah. Sanghyang Narada mewakili para dewa mengingatkan Sanghyang Manikmaya  untuk tidak memberikan kebebasan pada Bathara Kala.Sanghyang Manikmaya menyetujui permintaan para Dewa Akhirnya para dewa menyusul Bathara Kala untuk memberikan batasan korban yang  bias ia makan. Bathara Wisnu memakai pakaian dalang, dan mengganti nama dengan Dalang Kandha buwana.Sedangkan para dewa yang lain menjadi niyaga yang memainkan musik gamelan. Mereka menuju Negeri Medangkemulan. Mereka menemui Prabu Sri Mahapunggung, untuk minta ijin akan menggelar pertunjukan wayang kulit. Prabu Sri Mahapunggung tidak merasa keberatan.Pagelaran wayang kulitpun dimulai, para penonton berdatangan untuk menyaksikan, hingga tumpah ruah dilapangan Kerajaan. Juga ikut menonton pula seorang pemuda  ontang-anting atau seorang anak terlahir tunggal tidak berkakak atau pun tidak beradik. Sang dalang Kandhabuwana, melihat itu, minta agar pemuda itu bersembunyi dibelakang Dalang Kandhabuwana.Sang pemuda merasa kebingungan, tetapi ia menurut saja perintah Dalang Kandhabuwana.Tiba-tiba para penonton berteriak ketakutan, rupanya Bathara Kala menghampiri  pertunjukan ini. Ia duduk dekat para penonton lain, sambil mendengarkan suara musik gamelan.
Ia kelihatan menikmati irama gamelan. Setelah beberapa saat kemudian, bangunlah Batara Kala menghampiri seorang anak yang masih digendong ibunya. Ibunya cemas melihatnya, dan minta tolong. Dalang Kandhabuwana minta agar Bathara Kala menghentikan maksudnya. Akhirnya Bathara Kala dan Pemuda ontang-anting itu didudukkan bersama dihadapan Dalang Kandhabuwana. Mereka diruwat bersama. Keduanya dimandikan air kembang.Bathara Kala mendapat peringatan dari Dalang Kandhabuwana,  Buruan mana yang bias dimakan, karena tidak semua buruan boleh dimakan, ada batas-batasnya. Adapun  orang yang termasuk menjadi mangsa Bathara Kala harus diruwat.

Menurut saya, semua yang hidup didunia ini akan habis dimakan kala, akan habis dimakan waktu. Untuk itu waktu jangan disepelekan. Waktu sekarang tidak akan dijumpai lagi pada hari esok,atau hari kapanpun.Waktu harus diisi dengan kegiatan yang positif, gunakanlah untuk  kepentitingan  dunia dan akhirat.

Setelah selesai memberi wejangan, Bathara Kalapun pergi, dan pagelaran wayang kulit pun selesai. Dalang Kandhabuwana dan para niyaga berubah kembali menjadi Bathara Wisnu dan para dewa semua, dan kembali ke Kahyangan..

Sementra itu Sanghyang Manikmaya telah memiliki gadis pujaan hati yang bernama Dewi Lokawati. Ia sangat mencintainya. Namun Dewi Lokawati tidak mencintai Sanghyang Manikmaya. Ia menubruk senjata tombak Kalaminta, milik Sanghyang Manikmaya. Ia berubah menjadi setangkai padi. Sanghyang Manikmaya kecewa, karena harus menunda percintaannya dengan dewi Lokawati. Ia harus menunggu  benih itu tumbuh menjadi tanaman padi dan berbuah, Disaat itulah nanti Sanghyang Manikmaya bisa bertemu lagi dengan Dewi Lokawati. Sanghyang Manikmaya membawa bibit padi itu ke Negeri Medangkemulan, menemui Raja Sri Mahapunggung. Sesampai di Negeri Medangkemulan, Sanghyang Manikmaya memberikan bibit padi itu kepada Prabu Sri Mahapunggung.

Kini di Medangkemulan tumbuhlah tanaman padi yang amat luas. Terlihat bagaikan permadani terbentang dari ujung barat sampai ke ujung timur. Sementara itu Dewi Sri dewi pelindung padi telah pula bersemayam diantara tanaman padi.  Dewi Sri  sudah beberapa saat tidak kembali ke Kahyangan. Prabu Sri Mahapunggung mencemaskan  kepergian Dewi Sri.  Sementra itu Sadana, kakak Dewi Sri sudah mencari keberadaan Dewi Sri, Namun belum juga ketemu. Kini buliran padi sudah mulai menguning, dan tidak lama lagi siap dipanen. Namun tanaman padi tenyata menarik perhatian hama padi ,dari jenis serangga sampai dengan tikus. Dewi Sri berusaha melindungi tanaman padi. Sadana meminta para petani bergotong royong untuk memberantas hama padi. Mereka berhasil menyelamatkan padi dan tanaman hasil bumi lainnya.. Akhirnya Dewi Sri muncul kembali dari hamparan padi dan bertemu dengan Sadana kakaknya. Sebagian petani  pada zaman dahulu, menganggap  Dewi Sri adalah Dewi Padi atau Dewi Pelindung Padi.

Sementara itu Sanghyang Manikmaya ingin merasakan butiran padi.Ia berubah menjadi seekor burung pipit. Burung pipit terbang menuju pesawahan negeri Medangkemulan. Gelagat Sanghyang Manikmaya diketahui Dewi Uma yang berwajah Raseksi. Ia memerintahkan para bidadari turun kesawah negeri Medangkemulan dengan merubah diri menjadi rmput juwawut yang sedang berbuah pula, serta menyebar kesegala penjuru pesawahan. Sanghyang Manikmaya yang sudah berubah menjadi burung pipit mencoba mematuk butiran padi, tapi selalu dihalang-halangi rumput juwawut. Akhirnya sebutir juwawut terpatuk burung pipit. Rumput Juwawut itupun berubah menjadi dewi Uma. Burung Pipit terkejut, dan berubah kembali  menjadi Sanghyang Manikmaya. Sanghyang Manikmaya sangat malu pada Dewi Uma dan para bidadari. Akhirnya Sanghyang Manikmaya memerintahkan para bidadari pulang ke Kahyangan.

 Sanghyang Manikmaya mengajak Dewi Uma pergi menemui seorang wanita yang sedang bertapa di hutan Krendawahana. Ia ingin menjadi seorang Bethari dan ingin berjodoh dengan seorang keturunan Dewa. Kemudian sampailah Sanghyang Manikmaya dan Dewi Uma di  Hutan Krendawahana. Tempat yang menyeramkan.

Sang Wanita pertapa itu pun  dibangunkan oleh  Sanghyang Manikmaya. Wanita pertapa itu bernama  Dewi Permoni.  Sanghyang Manikmaya me ngutarakan maksud kedatangan mereka, akan  memenuhi permintaan Dewi Permoni. Dewi Permoni  akan diangkat menjadi seorang Bethari dan mendapat jodoh seorang keturunan Dewa.
Tetapi asal Dewi Permoni mau bertukar raga,Setelah berpikir sejenak, Dewi Permonipun setuju  bertukar raga dengan raga Dewi Uma, Mereka saling bertukar nyawa, Sukma Dewi Uma masuk kedalam raga Dewi Permoni dan sukma Dewi Permoni masuk kedalam raga Dewi Uma. Dewi Permoni yang sudah masuk kedalam raga Dewi Uma, diajak Sanghyang Manikmaya menuju istana Setragandamayit tempat Bathara Kala bertahta menjadi Dewa yang menguasai makhluk halus. Melihat kedatangan Dewi Uma yang sudah bertukar sukma Dewi Permoni, Bathara Kala menganggap ia tetap ibunya. Tetapi Sanghyang Manikmaya, menerangkan, bahwa mulai sekarang Dewi Uma yang dihadapan  Bathara Kala sudah bukan ibunya, karena sukmanya bukan sukma Dewi Uma, tetapi sukma  wanita lain yang berama Dewi Permoni.Bathara Kala bingung Karena ia masih mengangap bahwa wanita yang berada dihadapannya adalah ibunya. Akhirnya Bathara Kala di kawinkan kan dengan Dewi Permoni. Walaupun sudah kawin,Bathara Kala tetap bingung, Ia selalu menyapa istrinya dengan sebutan,   Istriku ya Ibuku, yayi Bethari. Dewi Permoni mendapat nama baru dari Sanghyang Manikmaya dengan sebutan Bethari Durga.

Dari perkawinan Bathara Kala dengan Bethari Durga, Bathara Kala mendaapatkan beberapa orang anak :

1. Bathara Siwahjaya


2. Bathari Kalayuwati


3. Bathara Kalayuwana


4. Bathara Kalagutama


5. Bathara Kartineya

Untuk  Bathara  Dewasrani,  sebenarnya anak Sanghyang Manikmaya dengan Dewi Uma  yang  masih  berwajah raseksi.  Bayi itu tetap dilahirkan, diasuh dan dibesarkan oleh  Dewi Uma Raseksi yang  telah berganti sukma  Dewi Permoni. Dewasrani diasuh dan dibesarkan oleh Dewi Permoni (Betari Durga) di Kahyangan Setragandamayit.

Demikian kurang lebihnya kami mohon maaf, dan mohon saran serta  masukan.

Mohon saran dan masukan.